Langsung ke konten utama

‘Berteman’ dengan Rasulullah

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(TQS Al Ahzab: 21)

Anda pernah membaca kisah dan tulisan Karen Armstrong? Ia pernah menjadi biarawati Katolik Roma selama tujuh tahun sebelum menjadi seorang ilmuwan. Ia melakukan penelitian serius dan menulisnya dalam sebuah buku lumayan tebal tentang The History of God (Sejarah Tuhan). Tuhan kaum Muslimin mendapat tempat istimewa dalam buku tersebut. Ia menyelidiki lagi kehidupan Paulus, tidak sebagai pemeluk Katolik, tetapi sebagai peneliti yang netral, dan menghasilkan serangkaian acara TV yang kontroversial: The First Christian.
Akhirnya, ia mencoba memahami Islam dengan meneliti tokoh utamanya, Muhammad saw.. Ia melaporkan hasil penelitiannya dalam Muhammad: A Western Attempt to Understand Islam—edisi terjemahannya sudah dapat kita baca dari beberapa penerbit buku.
Ketika melaporkan kehidupan Paulus, mantan biarawati Katolik tersebut menggambarkan Paulus seperti seorang kritikus. Namun, ketika melaporkan Muhammad saw., ia nampak sebagai pembela Muhammad yang luar biasa. Dengan jeli dan gigih ia menjelaskan kekeliruan pandangan Barat tentang Rasulullah saw. Ia begitu terlihat membela kehormatan Rasulullah lebih tajam dan lebih jernih daripada Husain Haikal, penulis sejarah Rasulullah yang masyhur itu.
Mari kita simak salah pembelaan Karen Armstrong. Salah satu keberatan kebanyakan orang Barat dari pribadi Muhammad adalah keterlibatan beliau dalam berbagai kegiatan politik. Bagaimana mungkin seorang tokoh kesucian ruhaniah ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan kekuasaan duniawi? Bagaimana mungkin seorang Nabi membunuh sesama manusia dalam berbagai peperangan?
Karena Armstong menulis panjang lebar. Kita simak penggalannya. ”Tahun-tahun yang penuh gejolak di Madinah telah menunjukkan betapa sulitnya dan betapa berbahayanya mencoba membangun kembali masyarakat sesuai rencana Tuhan. Al Qur’an tidak meminta orang Islam meninggalkan akal sehatnya atau duduk berpangku tangan menunggu Tuhan untuk menyelamatkan mereka dengan mukjizat. Islam adalah agama praktis dan realistis, yang melihat intelegensi manusia dan wahyu Ilahi berada berdampingan dan bekerjasama secara serasi.”
”Daripada berkelana dengan cara yang tidak duniawi di sekitar bukit-bukit Galilea, berkhutbah dan menyembuhkan seperti Yesus dalam Gospel, Muhammad harus terlibat dalam perjuangan politik untuk mereformasi masyarakatnya dan para pengikutnya bersumpah untuk melakukan perjuangan ini.”
”Muhammad berhasil menciptakan masyarakat Madinah yang kuat dan lepas dari kekacauan di sekitarnya. Kelompok kabilah lainnya mulai bergabung, walaupun tidak seluruhnya komit dengan visi keagamaannya. Supaya tetap hidup, umat harus kuat dan perkasa, tetapi tujuan utama Muhammad bukan kekuatan politik tetapi menciptakan masyarakat yang baik.”
”Tantangan untuk mewujudkan kehendak Tuhan dalam sejarah manusia tak akan pernah berakhir: akan selalu ada bahaya dan masalah baru yang harus dihadapi. Kadang-kadang orang Islam harus berperang, kadang-kadang mereka harus hidup dalam kedamaian, tetapi mereka telah memulai suatu proyek untuk menyelamatkan sejarah dan juga individu, untuk membuat apa yang seharusnya menjadi realitas yang hidup di dunia ini.”
Begitulah. Saat Karen Armstrong melaporkan perilaku Rasulullah terhadap para isterinya, ia juga menjelaskan betapa Muhammad sangat memuliakan isterinya, demokratis, dan adil.

Pesona Sejarah

Karen Armstrong bukanlah orang Barat yang kali pertama menulis tentang kekagumannya terhadap Rasulullah saw. Para ilmuwan yang komprehensif mengkaji kehidupan Rasulullah pasti akan mengakui pesona tersebut, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. “Jika kita mengukurnya kebesarannya dengan pengaruh, dia seorang raksasa sejarah. Ia berjuang meningkatkan tahapan ruhaniah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun, belum pernah ada orang yang begitu berhasil mewujudkan mimpinya seperti dia,” tulis Will Durrant dalam The Story of Civilizaton. “Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir mesiu yang membakar angkasa Delhi ke Granada,” ujar Thomas Carlyle dalam On Heros and Hero Worship.
Karen Armstrong, Will Durrant, dan Thomas Carlyle adalah ilmuwan Barat yang hidup jauh dari Rasulullah. Mereka tak pernah melihat Rasulullah. Bahkan merekapun tidak beriman dengan ajaran yang dibawa Rasulullah saw. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran sejarah yang sampai kepada mereka. Mereka adalah orang yang kebetulan tertarik mempelajari budaya Timur (oriental). Tetapi pesona dan pengaruh kepemimpinan Nabi Muhammad saw. begitu membekas, sehingga mereka berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah saw.

Peringatan Maulid Nabi
Lantas, apa yang membekas dalam diri kita setelah memperingati Maulid Nabi Muhammad saw pekan-pekan ini? Jangan-jangan, ini telah menjadi rutinitas yang tidak lagi membekas di hati. Atau, kita kalah akrab dengan para ilmuwan Barat itu dalam mengetahui sejarah Nabi kita sendiri.
Memang ironis bila orang-orang yang sejatinya tidak mengimani agama itu, malah lebih tahu tentang sejarah Muhammad. Namun, ini telah menjadi fakta, banyak di antara kita yang tidak familiar dengan sejarah Rasulullah. Alih-alih mengkhatamkan, jarang yang telah membaca buku-buku Sirah Nabawiyah. Lantas, bagaimana kita mengamalkan suruhan Allah untuk meneladani Rasul-Nya (seperti perintah dalam QS Al Ahzab: 21) bila kita tidak mengetahui sejarah hidupnya?
Banyak para ulama besar yang telah menulis sejarah Rasulullah dalam berbagai sudut pandang yang disertai komentar dan ibrah (pelajaran) yang dapat kita ambil. Hampir-hampir tak ada perilaku Rasulullah yang tidak terekam oleh para sahabat dan ditulis oleh para ulama. Semua lengkap mewakili permasalahan hidup kita, bahkan untuk sesuatu yang mungkin kita anggap sepele. Semua tersusun sistematis lewat metode periwayatan yang terpercaya. Dengan mudah kita dapat mengetahui derajat sahih (=kuat, benar) atau dhaif (=lemah, palsu) tentang sebuah hal yang disandarkan kepada Rasulullah.
Peringatan Maulid Nabi tahun ini tampak perlu kita khususkan membeli buku sirah Nabawiyah. Perlu ada prioritas antara membeli buku dengan pulsa telepon—atau kebutuhan kurang mendesak yang lain. Ya. Sesungguhnya kita cukup mampu untuk itu. Buku-buku Sirah Nabawiyah bukan hal yang terlampau mahal bila kita dapat menentukan priotas.
Dengan menyimak sirah, ”pertemanan akrab” dengan Rasulullah akan kita dapati. Rasakan, betapa Rasulullah seperti menjelma dalam keseharian kita. Ya. Rasulullah laksana teman karib dan sahabat yang tulus memberi solusi. Banyak masalah dalam keseharian kita yang telah dialami Rasulullah. Nothing new under the sun, tidak ada yang baru di bawah matahari. Ada relevansi antara sikap Rasulullah dengan apa yang yang (harus) kita lakukan saat ini. Ruang dan waktu saja yang sedikit membedakan.
Dari pengetahuan kita tentang sejarah Rasulullah, dari pelajaran keagungan akhlak dan keteguhan prinsip beliau, tidak ada permasalahan yang tanpa penyelesaian. Kita dapat menyelesaikan permasalahan yang mengimpit saat ini, secara bijak dan benar. ***
[Tulisan ini merupakan arsip dari tulisan yang telah dipublikasikan di Buletin Sajada, Lembaga Amil Zakat Lampung Peduli, sejak 2005]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Bencana Tak Menyadarkan Kita

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS At Taubah: 70) Selayaknya, hari itu adalah waktu libur yang menyenangkan. Pesisir pantai Aceh punya pesona menarik sebagaimana pantai lainnya di pesisir Samudera Indonesia. Pagi yang cerah. Menawarkan selera untuk bercengkerama dengan keluarga, sembari menikmati indahnya panorama pantai. Namun, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Semuanya berubah menjadi peristiwa yang memilukan. Tiba-tiba bumi berguncang dahsyat, gempa mengundang panik semuanya. Belum sirna rasa terkejut itu, riuh rendah orang berteriak, “Air, air..., air datang!“ Kita selanjutnya menyaksikan ribuan mayat bergelimpangan, berbagai

PETAKA KUASA DUSTA

”Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu...Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (TQS An Nisaa: 135). Ini kisah menurut La Fontaine dalam Fables et Epitres. Dunia margasatwa diserang wabah penyakit. Diduga wabah itu merupakan azab Tuhan karena kejahatan penghuni dunia itu. Baginda Singa, tokoh nomor satu di kerajaan rimba, dengan memelas mengakui, ”Akulah penyebab segala bencana ini. Pekerjaanku memakan warga yang lemah seperti domba dan kambing.” Serigala membantah. ”Bukan demikian, Baginda tidak salah.” Yang dilakukan singa adalah implikasi dari kekuasaan. Memakan warga adalah bagian resiko yang harus diambil dari kebijakan yang dibuat pemimpin. Seorang demi seorang dari pembesar margasatwa bergilir mengakui kesalahannya. Pengadilan selalu memutuskan mereka tak bersalah

“Robohnya Masjid Kami” [Kritik Memakmurkan Masjid]

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (TQS Al Baqarah: 114) Masjid itu dindingnya dari tanah liat. Tiangnya batang kurma, lantainya pasir, dan atapnya pelepah kurma. Maka, di suatu hari kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah saw.. "Wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?" Rasulullah menjawab, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa a.s.” Dijelaskan oleh Hasan r.a. menjelaskan bahwa ukuran arisy Nabi Musa a.s. adalah bila Rasulullah saw. mengangkat tangannya maka atapnya akan tersentuh Hadits ya