Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli 18, 2007

Kekuatan Doa

" Katakanlah: "Ya Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zalim." Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka . (QS Al Mukminun: 93-95) Ramadhan itu, Rasullah keluar dari Madinah bersama 314 sahabat dengan membawa 70 ekor unta. Setiap ekor unta ditunggangi secara bergantian oleh 2 atau 3 orang. Awalnya, tidak mereka sangka akan berperang dan kaum kafir Quraisy akan mengirimkan bala tentara besar. Begitulah, sekitar seribu personil dengan tunggangan dan persenjataan lengkap pergi dari Mekkah. Rasulullah, setelah meminta pandangan para sahabatnya, memutuskan bergerak menyonsong tentara kafir itu. Di Badar, kedua pasukan itu bertemu. Sebelum peperangan terjadi, usai meluruskan dan menata barisan pasukan Muslimin, Rasulullah tak henti-hentinya memohon kemenangan kepada Al

Islam tanpa Kekerasan

"Tidaklah sikap lemah lembut memasuki sesuatu, kecuali pasti menghiasinya. Dan tidaklah kekerasan itu memasuki sesuatu, kecuali pasti menodainya. (Al Hadits) Azahari. Tampaknya, nama itulah yang paling banyak disebut orang dan ditulis media massa, dua pekan yang lalu. Akhir hidupnya yang berjalan dramatis itulah yang membuatnya ramai dibicarakan dan terus menjadi berita. Kita patut prihatin, gelar teroris--yang dikaitkan dengan Islam--yang disematkan kepadanya, menjadi kesempatan emas bagi orang-orang yang suka menghina dan mendiskreditkan Islam. "Beginilah kalau orang Islam taat kepada agamanya, berbahaya bagi negara." Seolah-olah itulah yang ingin mereka katakan lewat media massa yang ada. Tak urung, masyarakat awam pun banyak yang terpengaruh dan menghubungkan ketaatan beragama dengan pembenaran atas perilaku kekerasan. Jikalau benar Azahari melakukan kekerasan dan mendasari aktivitasnya atas nama Islam, kita patut memberi banyak catatan. Ya, betapa banyak kita dapat

Bila Balasan itu Datang Begitu Cepat

”Barang siapa yang berbuat baik di waktu siangnya, maka ia akan dibalas di waktu malamnya. Barangsiapa berbuat baik di waktu malamnya, ia akan dibalas di waktu siangnya.” (Abdurrahman bin Athiyah Ad Darani) Ini kisah tentang pemilik kebun yang diabadikan Al Qur’an. Mereka kaya raya. Namun bakhil. Bahkan sangat kikir. Mereka menetapkan tidak akan memberi untuk orang-orang miskin. Bahkan mereka menghalangi orang-orang yang tak punya itu sekadar untuk berjalan ke arah kebun mereka. Tetapi ada kesalahan lain yang tidak laha beratnya. Mereka terlalu yakin bahwa apa yang ia tanam pasti akan ia petik dengan sukses, tanpa mau menyadari bahwa ada kekuasaan Allah. Merekapu tak mau sekadar mengatakan “insya Allah.” Sesudahnya, itu menjadi cerita yang amat memilukan. “Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita (karena terbakar hangus).” Tapi mereka tidak menyadari. Hingga data

Ilmu sebagai Pemandu

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ” (QS Al Israa’: 36) Namanya Mochammad Yusman Roy. Ia muallaf, baru mengenal Islam selama dua tahun. Di wajahnya, ada nuansa semangat untuk menjalankan agama, setelah sebelumnya dunia gelap menyelimutinya. Ia memang pernah lama malang melintang menjadi body guard bayaran. Sampai kemudian ia tersadar dan mendirikan kelompok pengajian. Namun, saat ini jamaah ”Ngaji Lelaku” di Malang, Jawa Timur yang dipimpinnya ramai menjadi buah bibir masyarakat. Masalah Roy mulanya sederhana. Ia ingin ibadah salat yang dijalaninya benar-benar dapat dihayati dengan baik. Menurutnya kendala tersebut muncul dari kesulitan sseorang memahami bacaan salat yang berbahasa Arab. Lalu atas kehendaknya, ia mengajarkan salat dengan lafal bahasa Indonesia. Ia kemudian memberi fatwa tentang bolehnya salat dengan bahasa Indonesia. Bebe

Hukum yang Tak Berkasta

…dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS An Nuur: 2). Wanita ningrat dari suku Makhzumi itu meminjam perhiasan dari Usamah bin Zaid. Tetapi kemudian ia tidak mau mengakui pinjaman tersebut. Kemudian Aisyah r.a. mengisahkan, karena keingkaran tersebut, Rasulullah menyuruh potong tangannya. Kemudian keluarga wanita tersebut datang kepada Usamah untuk membicarakan persoalannya (berdamai). Hasil pembicaraan damai itu kemudian diceritakan kepada Rasulullah. Lalu beliau mengatakan, “Hai Usamah, aku tidak setuju atas tindakanmu memberikan ampunan dalam masalah yang menyangkut hukum Allah.” Kemudian Rasulullah berdiri dan menyampaikan pidato berikut. “Orang-orang sebelum kamu telah binasa karena membiarkan saja kalangan terhormat melakukan pencurian. Bila rakyat awam yang melakukan pencurian, bar

Puasa: Saatnya Empati dan Peduli

“Sayangilah oleh kalian apa saja yang di bumi, niscaya kalian disayangi disayangi siapa saja yang ada di langit (HR Ath Thabari dan Al Hakim) Dalam sebuah perjalanan, seseorang berjalan dalam keadaan sangat kehausan. Ia tidak membawa bekal minuman. Sampai kemudian didapatinya sebuah sumur yang mengandung air. Ia pun turun ke sumur tersebut dan meminum airnya. Ketika ia keluar dari sumur tersebut, dilihatnya seekor anjing yang nafasnya kembang kempis kehausan. Anjing tersebut memakan tanah berusaha menghilangkan kehausannya yang sangat. Melihat kepayahan anjing itu, ia berguman, “Sungguh anjing ini telah sampai pada kondisi yang aku sampai kepadanya. Anjing ini sangat kehausan sebagaimana aku alami tadi.” Ia pun kemudian kembali turun ke sumur, memenuhi sepatunya dengan air, menahan dengan mulutnya, dan memberikan airnya kepada anjing tersebut. “Orang itu telah bersyukur kepada Allah (lewat perbuatannya), dan karena itu Allah mengampuni dosa-dosanya” sabda Rasulullah menutup

Bersiap Diri Sambut Bulan Suci

”Dan bagi orang-orang yang berusaha sungguh-sungguh (jihad) untuk mencari keridhaan Kami, sungguh Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabuut: 69) Aisyah radhiyallahu ‘anha mempunyai penilaian khusus tentang perilaku Rasululah di bulan Sya’ban. ”Saya tidak pernah melihat beliau berpuasa (sunnah) lebih banyak dari bulan Sya’ban. Dan sedikit sekali beliau tidak berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim). Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, juga punya kesan yang sama terhadap Rasulullah. “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Dan saya suka untuk diangkat amalan saya sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.”(HR. Nasa’i). Usamah pun member

Bersahabat dengan Alam

”Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS Al Israa: 44). Juli, pertengahan tahun. Dalam pemahaman yang umum—khususnya petani—ini adalah masa yang sudah jarang terjadi hujan. Ini adalah bulan pancaroba, menjelang kemarau tiba. Tetapi, inilah berita yang kita dapati. Sejumlah daerah di Kalimantan dan Sulawesi dilanda air bah. Banjir besar merendam ribuan rumah, menghanyutkan bermacam harta benda, serta ratusan warga meninggal dunia. Untuk yang kesekian kali bencana alam itu kembali terjadi, dalam bentuknya yang lain. Di Kalimantan dan Sulawesi, tidak ditemui gempa dan gunung berapi, tetapi alam ternyata tidak ”kekurangan cara” menghadirkan bencana. Tentara Allah Bencana banjir mengingatkan kita akan sejarah Nabi Nuh. Yaitu ketika Allah membinasakan oran

Berbakti Kepada Ibu Bapak

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menuyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapaknya dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al Israa: 23) Dikisahkan, ada seorang di zaman Rasul yang mengalami kesulitan saat sakaratul maut. Saat Rasulullah mengetahuinya, beliau lantas mengatakan, “Ia tidak diridhai oleh ibunya.” Kemudian diutuslah seorang sahabat untuk menyampaikan kabar orang tersebut kepada ibunya seraya memintakan maaf ibu tersebut. “Saya memaafkan dan meridainya.” Setelah itu, puteranya meninggal dengan mudah. Kisah yang berhubungan dengan hikmah berbakti kepada orang tua, banyak kita temui dalam khasanah Islam. Dari berbagai kisah tersebut, tersimpan pesan-pesan penting betapa orang tua (khususnya ibu

Bencana: Ujian yang Menyadarkan

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS At Taubah: 70) Mungkin, saat sebuah kesulitan terjadi, kita memang sudah lama lupa bercermin. Bukan cermin tempat kita melihat muka atau teman merias wajah, tetapi cermin untuk hati kita mengoreksi diri. Untuk melihat apakah ada goresan-goresan hitam yang mengotori hati. Musibah bisa mengandung makna, bahwa kita harus mengaca diri. Teguran Allah ini berarti, bahwa dosa kita sudah mengkhawatirkan. Ketika gempa menngguncang Madinah yang dihuni tabiin dan sebagian sahabat, Aisyah r.a. berkomentar, “Gempa ini terjadi ketika perzinahan telah dilegalkan, minuman keras dikonsumsi, dan manusia sudah gila musik. Gempa

Agar Kita Bisa Tidur dengan Tenang

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.“ (QS Al Fajr: 27-30) Di Madinah yang tenang, siang berlalu setengah perjalanan. Serombongan orang nampak asing berjalan memasuki kota suci Islam kedua itu. Ternyata, itu adalah rombongan Hurmuzan, Panglima dan Pangeran Persia yang telah ditaklukkan pasukan Muslim. Mereka ingin bertenu dengan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Dengan ditemani Anas bin Malik, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya. Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan memasuki kota Madinah dengan menampilkan keagungan dan kemuliaan raja. Perhiasan yang bertatahkan permata melekat di dahi. Mantel sutera yang mewah menutupi pundaknya. Sementara itu, sebilah pedang bengkok dengan hiasan batu-batu mulia menggantung pada sabuknya. Ia bertanya-tanya di mana Amirul Mukminin bertempat tinggal. Ia membayangkan