Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2008

Orang-orang Kalah (Refleksi Pilkada Lampung 2008)

“Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (TQS An Nahl: 95). Lampung memilih. Pekan mendatang adalah saat bersejarah bagi masyarakat Lampung. Untuk kali pertama dalam sejarah, gubernur dipilih langsung. Lebih dari 5 juta rakyat akan menentukan pilihan, untuk masa depannya. Pekan mendatang adalah saat-saat menegangkan. Terutama bagi mereka yang berlaga untuk menjadi orang pertama, di provinsi ini. Ya. Setelah sebelumnya menjalani hari-hari yang menguras tenaga dan biaya. Bilik suara seolah menjadi ujung cerita. Suka atau duka. Menang atau kalah. Manis atau tragis. Saya ingin kisah berikut ini mendapat penghayatan mendalam. Sampai kemudian (semoga) perenungan itu mengarah pada pemaknaan kaaffah (integral, holistik), tentang sejatinya menang-kalah. Tidak hanya bagi mereka yang berkompetisi menjadi gubernur, tapi untuk kita semua. Bukan hanya di moment

Zakat itu Menyelamatkan

Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka mengingkari akan adanya (kehidupan) akhirat.” (TQS Fushshilat: 6-7). Madinah guncang. Meninggalnya Rasulullah menimbulkan duka mendalam di kalangan sahabat. Bukan itu saja, banyak kabilah mengingkari keberadaan Khalifah Abu Bakar. Mereka menolak membayar zakat. Kabilah yang melakukan pembelotan itu meliputi dua pertiga wilayah Islam kala itu. Tak urung itu membuat ciut nyali Umar bin Khattab. Ia mengusulkan kepada Abu Bakar untuk melakukan kompromi dengan para kabilah itu. ”Demi Allah, tak akan aku biarkan sepeninggal Muhammad, mereka yang membedakan zakat dengan kewajiban Islam yang lain,” ujar Abu Bakar. Setelah itu, Abu Bakar mem

Wanita Sejajar Pria

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah: 71). Asma binti Yazid As Sakan. Ia merasakan kegundahan saat membandingkan dirinya sebagai perempuan dengan para lelaki. Dalam berbagai moment, lelaki lebih sering disebut dengan mendapat berbagai keutamaan. Pada saat yang sama, tidak sebut keutamaan untuk wanita. Ternyata, kondisi yang sama, dirasakan oleh para perempuan yang lain. Mereka pun berbagi kerisauan itu. Selanjutnya, setelah berembug, mereka menyepakati Asma untuk pergi menemui Rasulullah saw.. “Sesungguhnya saya utusan dari sekelompok wanita muslimah di belakangku, mereka semuanya berkata dan sependapat dengan perkataanku. Sesungguhnya Allah m

Tangan yang Tercium Bau Surga

"Dialah Dzat yang menjadikan bumi ini mudah buat kamu. Oleh karena itu berjalanlah (berusahalah) di permukaannya dan makanlah dari rejekinya." (QS Al Mulk: 15) Mari kita simak kisah Sa’d bin Muadz Al Anshari. Waktu itu Rasulullah pulang dari Tabuk. Beliau melihat tangan Sa’d yang menghitam dan melepuh. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasulullah. “Ini akibat palu dan sekop besi yang sering saya pergunakan untuk mencari nafkah bagi keluarga yang menjadi tanggunganku, ya Rasul,” jawab Sa’d. Maka Rasulullah mengambil tangan Sa’d dan menciumnya. “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.” Rasulullah dicium tangannya oleh para sahabatnya? Peristiwa seperti ini tampak bukan hal istimewa bila menilik kedudukan beliau yang mulia. Kesaksian ‘Urwah bin Mas’ud—yang kala itu masih musyrik—cukuplah sebagai bukti. Kata Urwah, “Demi Allah, tidaklah Rasulullah saw meludah kecuali ludah itu jatuh ke telapak tangan seorang di antara mereka lalu mengusapkan ke muka dan kulit mereka. Apa

Senyum Gembira yang Tak Boleh Sirna

”Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya... ” (QS Al Baqarah: 25) Nabi yang mulia memalingkan muka ke arah sahabatnya, wajahnya nampak begitu berseri. Seraya tertawa gembira ia berkata, ”Bergembiralah kalian, karena akan datang kemudahan bagi kalian, kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.” (HR Ibnu Jarir). Kegembiraan punya tempat istimewa dalam Islam, agama yang tak pernah melewatkan segala jenis urusan. Tidak ada urusan kecil atau besar kecuali Islam menjelaskan bagaimana kita menyikapinya. Kadang secara umum, kadang secara detail. Kegembiraan sesungguhnya tak sekedar layaknya garam bagi sayuran. Atau gula bagi minuman. Ia bahkan menjadi salah satu pilar risalah kenabian. Sebab Rasul diutus untuk menyampaikan kabar gembira, selain untuk memberikan peringatan akan azab dari Allah swt. ”Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya seb

Sayangilah, Anak-anak itu…

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman: 13). Saat melaksanakan salat Isya, Rasulullah tampak begitu lama memanjangkan sujudnya. Para sahabat waktu itu menyangka, Nabi memperpanjang salatnya karena wahyu. Maka, usai salat merekapun bertanya. Nabi saw menjawab, ”Tidak, bukan karena itu. Anakku menunggangi punggungku. Aku tidak ingin menyegerakan sujudku sebelum dia memenuhi hajatnya.”(Hayat Al Shahabah). Rupanya, Hasan dan Husain (cucu Rasulullah yang karena ungkapan sayangnya disebut sebagai anak-nya) sedang bermain-main lalu menjadikan Nabi saw sebagai tunggangan mereka. Mari, kita simak penggalan kisah tersebut. Betapa Rasulullah begitu sayang kepada anak-anak. Mereka diajak Rasulullah untuk turut serta ke masjid. Bahkan, sampai mereka ”mengganggu” jalannya

Salih dalam Kesempitan

“Dan jikalau Allah melapangkan rejeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS Asy Syuura: 27). Ketika Rasulullah saw. membangun masjid di Madinah, beliau menyediakan tempat terbuka di ujungnya. Tempat tersebut diberi naungan dan disebut Shuffah. Di situlah kemudian tinggal para sahabat Rasulullah saw. yang miskin, atau pendatang dari jauh (musafir) yang tidak punya sanak famili. Mereka hidup sangat sederhana dan seringkali menderita lapar. Malam-malam terkadang Rasululullah mengundang sebagian mereka untuk makan malam bersamanya, dan sebagian yang lain bersama sahabat Rasulullah yang lain. Ketika Husain, cucu Rasulullah lahir, Fatimah disuruh bersedekah senilai perak yang beratnya seberat rambutnya. Sedekah itu dimintanya untuk diserahkan kepada Ahli Shuffah dan orang miskin. Sekali-kali Rasulullah meminta

Tontonan yang menjadi Tuntunan

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman: 13). Restu, Iyo, dan Ii, siswa SMP di Cangkuang Bandung mungkin tidak berpikir jauh tentang akibat perbuatannya. Mereka meniru dan mempraktikkan adegan-adegan dalam Smackdown. Reza Ikhsan Fadillah (9), tetangga mereka, dipilih sebagai lawan. Tubuh kecil siswa III SD itu mereka banting. Kepalanya dihunjamkan ke atas lantai. Tangannya ditekuk. Meski Reza mengaduh kesakitan, hal itu tidak mereka hiraukan. “Karena meniru adegan Smackdown, anak saya meninggal,” kata Herman Suratman (53) ayah Reza (Republika, Rabu 22/11/2006). Untuk kesekian kalinya, tontonan di televisi memakan korban. Tontonan Smackdown, yang sebenarnya hanya trik pertunjukan televisi untuk meraih rating tinggi itu, ternyata menarik hasrat penonton untuk meniru. Anak-anak adalah

Kembali ke Syariah Islam

”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah: 208). Apa yang Anda bayangkan jika mendengar pernyataan tentang penerapan syariah (hukum) Islam? Kata-kata syariah Islam—juga Negara Islam, bukan hanya memasuki pembicaraan kontroversial (silang-pendapat). Bagi sebagian orang, syariah Islam bahkan menjadi ”momok” yang sangat ditakuti. Syariah Islam diidentikkan dengan potong tangan bagi pencuri, hukum rajam bagi yang berbuat selingkuh, hukum dera bagi pemabuk, dan semacamnya. Ada anggapan bahwa penerapan syariah Islam juga akan membuat wanita menjadi warga negara kelas kambing, dinomor duakan, tidak mendapat ruang yang leluasa di ruang publik, serta berbagai pembatasan yang lain. Jika anggapan tentang syariah Islam seperti di atas masih kita punyai, rasanya kita perlu menyingkirkan dulu pemahaman tersebut. Terlalu sempit, jika syariah Islam hanya d

PETAKA KUASA DUSTA

”Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu...Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (TQS An Nisaa: 135). Ini kisah menurut La Fontaine dalam Fables et Epitres. Dunia margasatwa diserang wabah penyakit. Diduga wabah itu merupakan azab Tuhan karena kejahatan penghuni dunia itu. Baginda Singa, tokoh nomor satu di kerajaan rimba, dengan memelas mengakui, ”Akulah penyebab segala bencana ini. Pekerjaanku memakan warga yang lemah seperti domba dan kambing.” Serigala membantah. ”Bukan demikian, Baginda tidak salah.” Yang dilakukan singa adalah implikasi dari kekuasaan. Memakan warga adalah bagian resiko yang harus diambil dari kebijakan yang dibuat pemimpin. Seorang demi seorang dari pembesar margasatwa bergilir mengakui kesalahannya. Pengadilan selalu memutuskan mereka tak bersalah

Berpuasa Agar Sayang Pada Sesama

“Sayangilah oleh kalian apa saja yang di bumi, niscaya kalian disayangi disayangi siapa saja yang ada di langit." (HR Ath Thabari dan Al Hakim) Dalam sebuah perjalanan, seseorang berjalan dalam keadaan sangat kehausan. Ia tidak membawa bekal minuman. Sampai kemudian didapatinya sebuah sumur yang mengandung air. Ia pun turun ke sumur tersebut dan meminum airnya. Ketika ia keluar dari sumur tersebut, dilihatnya seekor anjing yang nafasnya kembang kempis kehausan. Anjing tersebut memakan tanah berusaha menghilangkan kehausannya yang sangat. Melihat kepayahan anjing itu, ia berguman, “Sungguh anjing ini telah sampai pada kondisi yang aku sampai kepadanya. Anjing ini sangat kehausan sebagaimana aku alami tadi.” Ia pun kemudian kembali turun ke sumur, memenuhi sepatunya dengan air, menahan dengan mulutnya, dan memberikan airnya kepada anjing tersebut. “Orang itu telah bersyukur kepada Allah (lewat perbuatannya), dan karena itu Allah mengampuni dosa-dosanya” sabda Rasulullah