Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2008

Orang-orang Bangkrut

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (TQS An Nahl: 90). Pada masa Renaisans, di Itali para pedagang uang memasang bangku panjang. Di situ uang dionggokkan. Orang dapat menitipkan uangnya di sana dan mengambilnya kapan saja. Uang itu merupakan pinjaman dari pedagang dan dapat dipinjamkan kepada siapa saja yang memerlukan. Bangku panjang itu disebut banca—kata bank berasal dari sini. Kadang-kadang uang titipan itu habis, karena sebab yang macam-macam. Tentu saja, orang-orang yang menitipkan uang marah bila mereka tak dapat mengambilnya kembali. Mereka melepaskan kemarahannya dengan menghancurkan banca. Jika kita kebetulan ke Florence kala itu, kita akan melihat beberapa bangku yang rusak. Dalam bahasa Itali, bangku yang rusak itu disebut banca rotta. Dari banca rotta (Itali), melalui banq

Melawan Sekolah dari Rumah

Beban kurikulum yang terlalu besar adalah perkara yang merisaukan dalam pendidikan di Indonesia. Ketetapan passing grade untuk kelulusan, membuat semua sekolah dihantui rasa takut kalau tidak dapat melampauinya. Demi target lulus, sekolah lebih mirip bimbingan belajar. Ada tambahan waktu untuk mengerjakan soal-soal. Selalu ada PR yang dibawa siswa ke rumah. Tak cukup itu, sebagian besar anak masih harus ikut les/bimbel di luar sekolah. Lacur, siswa laksana mesin robot penghafal dan penghitung par excellence! Dulu, orang ikut les privat hanya untuk menyalurkan bakat khusus di bidang seni atau ketrampilan. Kalaupun ada bimbel, itu karena pribadi murid yang lemah menangkap pelajaran dibanding teman sekelasnya. Sekarang, UN seperti membuat orang tak ada yang berani ambil resiko. Bimbel digeneralisasi. Sekolah laksana lembaga teror secara sistemik. Pendidikan jauh dari rasa nyaman bagi anak didik. Sistem pendidikan yang timpang tersebut tampaknya telah berimplikasi luas. Anak d