Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2007

Pendidikan Cinta

“Shibghah (celupan) Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah .” ( QS Al Baqarah: 138 ). Saat Perang Badar, Rasulullah turun langsung meluruskan barisan. Tapi Sawad bin Ghazyah malah maju ke muka. Rasulullah menegur Sawad seraya memukul perutnya dengan anak panah. “Luruskan barisanmu, wahai Sawad!” Sawad memprotes. “Ya Rasulullah, Anda menyakitiku, padahal Allah telah mengutusmu dengan membawa kebenaran dan keadilan. Aku ingin menuntut qishash.” Para sahabat yang lain berteriak, “Hai Sawad, engkau mau menuntut balas dari Rasulullah saw?” Serta merta Rasulullah saw menyingkap perutnya, “Balaslah!” Namun Sawad malah memeluk tubuh Nabi saw dan menciumnya. Rasulullah yang mulia bertanya, “Wahai Sawad, apa yang mendorongmu untuk melakukan ini?” “Ya Rasulullah, sudah terjadi apa yang engkau persaksikan. Ingin sekali pada akhir pertemuanku denganmu, kulitku menyentuh kulitmu.Berilah aku syafaat pada hari kiamat,” kata Sawad. Rasul

Miskin Ilmu Itu Bencana

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan .” ( QS Mujaadilah: 11 ) Dikisahkan dalam sebuah hadits, ada seseorang terluka di kepalanya tertimpa batu. Selanjutnya, ia mendapatkan hadats besar lantaran mimpi, padahal ia terluka. “Adakah yang dapat meringankan diriku ini dari kewajiban mandi?,“ tanyanya kemudian. Tidak ada jawaban lain dari kaumnya, selain jawaban bahwa ia harus mandi untuk menyucikan dirinya. Lalu, mandilah ia. Setelah itu luka di kepalanya bertambah parah karena tersiram air. Ia menggigil demam, sampai kemudian maut menjemputnya. Peristiwa tersebut kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Mendengar kabar tersebut, Nabi yang mulia merah padam mukanya, “Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membinasakan mereka. Bukankah obat kebodohan itu adalah bertanya? Nabi saw. kemudian menjelaskan, sebenarnya cukup baginya tayamum, lalu dia bebat

Memberi Tanpa Henti

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS Ath Thalaq: 7). “Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini, insya Allah akan mendapat rahmat-Nya,” sabda Rasulullah. Hal itu disampaikan karena beliau hanya mempunyai air minum untuk tamunya. Tamu Rasulullah itu lalu diajak Abu Thalhah. “Adakah makanan buat tamu kita ini?” kata Abu Thalhah kepada isteri sesampai di rumah. “Sedikitpun tidak ada, kecuali untuk sekali makan anak kita,” jawab Ummu Sulaim, isteri Abu Thalhah. “Baiklah, tidurkan saja anak kita. Hidangkan makanan itu buat tamu kita.” Abu Thalhah lantas mematikan lampu. Sang isteri lantas menghidangkan sepiring makanan untuk tamunya. Kemudian, si tamu dengan lahap menyantap hidangan yang tersaji, ditem

Memberi Tanpa Henti

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS Ath Thalaq: 7). “Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini, insya Allah akan mendapat rahmat-Nya,” sabda Rasulullah. Hal itu disampaikan karena beliau hanya mempunyai air minum untuk tamunya. Tamu Rasulullah itu lalu diajak Abu Thalhah. “Adakah makanan buat tamu kita ini?” kata Abu Thalhah kepada isteri sesampai di rumah. “Sedikitpun tidak ada, kecuali untuk sekali makan anak kita,” jawab Ummu Sulaim, isteri Abu Thalhah. “Baiklah, tidurkan saja anak kita. Hidangkan makanan itu buat tamu kita.” Abu Thalhah lantas mematikan lampu. Sang isteri lantas menghidangkan sepiring makanan untuk tamunya. Kemudian, si tamu dengan lahap menyantap hidangan yang tersaji, ditem

Gilakah Anda?

“Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka.” (TQS An Nisaa’: 36-37). Pada suatu hari Rasulullah melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Beliau bertanya,” Karena apa kalian berkumpul di sini?” Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, ini ada orang gila, sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul di sini.” Rasulullah bersabda, “Orang ini bukan gila. Ia sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang benar-benar gila (al-majnun haqq al-majnun)?” Para sahabat menjawab, “Tidak, ya Rasulullah?” Beliau menjelaskan, “Orang gila adalah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang ora