Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September 5, 2008

Pemenang Pilgub

Anda ikut mencoblos di pemilihan gubernur kemarin? Semoga peristiwa itu tidak terlewatkan begitu saja. Para tetangga saya di Sukabumi, Bandar Lampung, memberi alasan menarik tentang keikutsertaannya. Mereka mencoblos bukan hanya karena tuntutan sebagai ”warga negara yang baik.” Tetapi acara pemilihan itu dijadikan ajang untuk lebih akrab sesama warga. Sebagai ajang berkumpul, untuk sarana silaturahmi. Dari sana mereka jadi tahu siapa warga pendatang, kondisi terbaru tetangganya, juga perkembangan putera-puterinya, sampai kabar gembira atau duka yang dialami masing-masing. Maka, jangan dibayangkan bahwa pemilihan itu berjalan menegangkan. Ia berjalan dengan selingan gurauan segar. Ia menjadi moment yang dirindukan. Perhitungan suara pun layaknya tontonan yang menarik, terkendali, dan berakhir tanpa menegangkan urat syaraf. Dari para tetangga baru itu, saya belajar hal berharga. Setiap peristiwa itu bisa makin bernilai, sejauh banyaknya niatan dan pemaknaan positif yang mungkin didapatk

Ramadan nan Riang

Puasa selalu memberi nuansa berbeda dalam rutinitas harian kita. Cobalah simak dan rasakan. Acara makan, sebelum Ramadan, seperti berlalu begitu saja. Sekarang menjadi sesuatu yang dinantikan. Bukan hanya lantaran lapar. Tetapi kebersamaannya itu terasa memberi kenikmatan lebih. Kita merasa punya banyak luang untuk memberi perhatian kepada setiap anggota keluarga. Dari jenakanya anak-anak kita saat menahan lapar, dari kebersamaan kita kala sahur dan berbuka. Subhanallah. Kebahagiaan itu ternyata bisa hadir, dalam bentuk yang sederhana. Nuansa perubahan itu juga terlihat di lingkungan sekitar. Masjid penuh dengan jamaah. Semua berbondong-bondong meramaikan masjid (dalam makna harfiah). Tua-muda, lelaki-wanita, bahkan tak ketinggalan para balita. Semua terasa mengalir begitu saja, tak ada rekayasa, berjalan natural, dan tentunya, membahagiakan. Semuanya seperti larut terbawa perasaan. Semuanya menikmati. Pemuka agama yang (maaf) cenderung kaku memahami bahwa salat wanita lebih utama di r

Unggul Bersama

”Lho, kok tersenyum sendiri Mas?,” tegur rekan, saat saya membaca buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung. Tampaknya saya tak bisa menyembunyikan rasa sukacita dan kekaguman. Lampung ternyata banyak sekali melahirkan tokoh—dari berbagai latar belakang—dengan prestasi cemerlang. Bukan hanya menjadi berita gembira, buku tersebut sepenuhnya inspiratif. Ia seperti memberi tahu dan menyadarkan kita tentang potensi besar dari keberadaan sosok unggulan yang dimiliki provinsi ini. Sebutlah, semisal di antaranya, Sulaiman Rasjid. Ia ternyata pelopor kodifikasi ilmu fikih di Indonesia. Ada Haji Bob Sadino yang (ternyata) berasal dari Tanjungkarang. Ia adalah pelopor agribisnis sayuran organik yang membuat produk pertanian ‘bermartabat’ di mal-mal besar. Ada juga Bustanul Arifin, profesor yang kerap menjadi rujukan pembangunan pertanian. Ada Sri Mulyani, yang Menteri Keuangan. Ada Abu Rizal Bakrie, sosok terkaya se-Asia Tenggara. Dan, masih banyak tokoh yang tak kalah besar prestasinya. B