Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September 13, 2008

Teguh dan Bergeraklah, Selalu...

“ Tetap teguhlah kamu pada jalan yang benar sebagaimana yang telah diperintahkan kepada kamu ” ( QS Hud: 112 ) Ramadan adalah saat yang banyak melahirkan ’keajaiban.’ Kita ternyata mampu melakukan sesuatu yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Seperti kemampuan kita menahan lapar, berpuasa setiap hari selama sebulan penuh. Sekadar puasa senin-kamis saja terasa sulit kita lakukan. Kita juga mampu melakukan qiyamul lail , salat tarawih, membaca Al Quran, sesuatu yang jarang (atau tidak pernah) kita lakukan sebelumnya. Namun, setiap usaha punya akhir riwayatnya. Sukses atau gagal, menang atau kalah, berakhir baik atau buruk. Begitulah Allah yang menciptakan segala sesuatu berpasangan, meliputi berbagai dimensinya. Begitupun tentang puasa yang telah kita lakukan. “Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…”begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, tentang kegagalan orang yang melaks

Tetangga Idola

Perpisahan. Tampaknya ini adalah prosesi yang kerap menyedihkan. Apalagi bila hal itu menyangkut sesuatu yang mendapat tempat di hati kita. Kalau boleh, rasanya memang tak usah ada yang namanya perpisahan. Akhir pekan kemarin, ”tragedi” itu terjadi. Keluarga Rudi Agung Prabowo (35), tetangga kami, pamit pindah ke Magelang. Orang tua yang sudah sepuh serta pekerjaan baru di sana, meneguhkan langkahnya untuk pulang kampung. Maka pagi itu, tangis haru pun pecah. Kebaikan suami-isteri serta kelucuan dua anaknya itu, terasa begitu berkesan. Banyaknya tetangga yang pagi itu membantu mengiringi boyongan, cukup menjadi gambaran tentang berartinya mereka bagi kami. Mas Agung, maafkan kami, doa kami menyertai... *** Entahlah, rasanya kami begitu kehilangan. Padahal, peristiwa serupa cukup sering saya alami. Banyak tetangga (juga teman) yang datang, tapi sering berlalu tak berkesan. Mungkin inilah yang disebut kebahagiaan. Kata Baginda Nabi, diantara kebahagiaan Muslim adalah me

Cium Tangan

Bertemu petani dalam kegiatan penyuluhan, jabat tangan menjadi bagian acara yang bernuansa beda. Telapak tangan mereka terasa kasar. Kebiasaan mereka mencangkul serta kerja berat yang lain membuat tangan mereka menjadi keras (Jw.: kapalan ). Mulanya sedikit mengusik kesan, berikutnya datar saja. Tetapi belakangan ini, saya begitu menikmati prosesi sentuhan dengan tangan kasar itu. Bahkan diam-diam, salaman itu menjadi momen yang saya rindukan. Tangan kasar petani itu seperti selalu mengingatkan saya kepada Sa’ad bin Muadz Al Anshari, sahabat Nabi. Ketika Rasulullah pulang dari Tabuk, beliau melihat keganjilan pada diri Sa’ad. Terlihat ada sakit yang ditahan Sa’ad saat berjabat tangan. “Kenapa tanganmu?” “Ini akibat sekop dan cangkul yang sering saya pergunakan untuk mencari nafkah bagi keluarga yang menjadi tanggunganku, ya Rasul,” jawab Sa’ad. Dilihat oleh Nabi, tangan Sa’d menghitam dan melepuh. Serta merta Nabi mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya. “Inilah tangan ya