Langsung ke konten utama

Pemimpin Ruhani (Asa dari Gaza)

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(QS Al Ankabut: 69)

Segala cara sudah ditempuh untuk membendung dakwah Muhammad. Semuanya tidak membuahkan hasil. Kepanikan kaum musyrikin Makkah mencapai puncaknya ketika keluarga besar Muhammad, Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib, berkeras melindungi Muhammad. Mereka lalu berkumpul di kediaman Bani Kinanah dan bersumpah untuk tidak menikahi Bani Hasyim dan Bani Muththalib, tidak berjual beli dengan mereka, tidak berkumpul, berbaur, memasuki rumah ataupun berbicara dengan mereka hingga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh. Kesepakatan zalim itu mereka tulis dalam lembar perjanjian (shahifah) dan digantungkan di rongga Ka’bah.
Pemboikotan itu berjalan 3 tahun. Stok makanan mereka habis. Sementara itu kaum musyrikin tidak membiarkan makanan apapun yang masuk ke Mekkah atau dijual kecuali mereka segera memborongnya. Tindakan ini membuat kondisi Bani Hâsyim dan Bani Muththalib semakin memprihatinkan. Mereka terpaksa memakan dedaunan, kulit-kulit, juga pelepah kurma. Jeritan kaum wanita dan tangis bayi-bayi yang mengerang kelaparan pun terdengar dari rumah mereka.
Pemboikotan itu baru berhenti setelah timbul perselisihan antar musyrikin Makkah dan ketika lembar perjanjian telah dimakan rayap. Rayap hanya menyisakan tulisan “bismikallâh” (dengan namaMu ya Allah) di lembaran tersebut.

***
Sejarah itu berulang. Di Gaza Palestina. Ada banyak sisi yang sama dengan sirah Rasulullah di atas. Telah lama lama warga Palestina berada dalam suasana penjajahan. Bertahun-tahun mereka hidup dengan berbagai keterbatasan. Sampai ketika HAMAS mereka dukung dan memenangi pemilu, tekanan itu semakin besar. Gaza diisolasi. Seluruh akses keluar ditutup. Hanya tersisa satu solusi: menggali lorong bawah tanah untuk melewati perbatasan Ghaza–Mesir. Jangan bayangkan mereka mereka melakukannya dengan alat berat. Semua mereka lakukan dengan keterbatasan alat. Mereka lakukan diam-diam, tempat dan waktunya juga harus mereka rahasiakan. Mereka menggali sumur berdiameter 1 meter sedalam 12 sampai 13 meter. Setelah itu terowongan digali dengan panjang minimal 800 meter.
Selama 2 tahun, warga Gaza hidup dalam blokade, dengan mengandalkan lorong bawah tanah untuk mendapat pasokan makanan. Media massa Arab menyebut lorong itu sebagai ”selang oksigen bagi penduduk Gaza,” nyaris dalam makna yang sebenarnya.
Dalam ukuran umum, kondisi sulit itu pasti akan membuat lemah. Seperti itulah perkiraan Yahudi-Israel. Gaza lantas dibombardir, setelah sebelumnya diisolasi secara sistemik. Namun ternyata warga Gaza tak menyerah. Dunia menyaksikan bagaimana warga Gaza begitu perkasa.
Seorang yang berhati peka akan tercenung. Apa sebenarnya sebab dan faktor-faktor yang telah membawa warga Gaza mencapai puncak dan batas tak tertandingi dalam ketegarannya? Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan menghadapi penindasan demi penindasan yang membuat bulu roma merinding dan hati gemetar saat mendengarnya?

Kepemimpinan
Saya menemukan jawabannya dari salinan (notulensi) ceramah Shami Abu Zuhri, Jubir resmi HAMAS dalam kunjungannya ke Jakarta akhir bulan lalu. ”Siapapun yang berkunjung ke Gaza akan melihat kondisi masyarakat yang tak ada di tempat lain,” kata Shami, dalam sesi dialog dengan para aktivis dakwah. Walaupun menderita, mereka giat mempelajari Qur’an. Ada 5.000 penghafal Qur’an dari negeri yang luasnya hanya 315 km persegi. Salat lima waktu, mereka jalankan berjamaah di masjid. ”Gaza adalah negeri perlawanan, juga negeri dimana penduduknya beriman,” terang Shami.
Gaza dipimpin oleh pemimpin yang dekat dengan warga. Ismail Haniya, PM Palestina, adalah pemimpin yang dibesarkan di kamp pengungsian. Ia hidup membaur. Ia merasakan kesulitan yang sama dihadapi warga. Di waktu malam, ia pergi ke masjid untuk mengimami warga. Ia berada ke berbagai perkumpulan warga, saat senang ataupun susah. Ia bersemayam di hati rakyat, beresonansi sampai jauh—bahkan sampai ke Samsuri,sahabat saya yang memberi nama putrinya ”Daarin Haniya.”
Maka, yang terjadi bukan antara pemerintah dan rakyat. Tetapi rakyat saja. ”Pemerintah ada di jalan-jalan, tak ada beda antara menteri dan warga biasa,” tutur Shami. Israel bukan hanya memerangi pemerintah HAMAS, tetapi rakyat secara keseluruhan. Dalam setiap perang, orang-orang sipil lari dari medan perang. Tidak demikian di Gaza. Anak-anak Palestina, para pemuda, para perempuan Palestina, semuanya cinta mati syahid.
***

Urwah Ats-Tsaqafi mewakili kaum kafir Quraisy, datang untuk berunding dengan Rasulullah saw. Dia amat terpesona dengan cara sahabat memperlakukan Nabi saw. Ketika beliau berwudhu, orang memperebutkan air ludahnya, dan ketika rambutnya jatuh orang berdesakan mengambil rambutnya. Ketika Urwah kembali ke kaumnya, dia berkata “Hai kaum Quraisy, aku pernah mendatangi Kisra di kerajaannya. Aku pernah menemui Kaisar di keratonnya. Najasyi di istananya. Belum pernah aku melihat orang memperlakukan rajanya seperti sahabat-sahabat Muhammad memperlakukan Muhammad.” Urwah menyampaikan pada tokoh Quraisy, bahwa mustahil menang melawan Muhammad.
Urwah benar. Pengaruh kekuasaan Muhammad jauh melampaui Kisra Persia. “Jika kita mengukurnya kebesarannya dengan pengaruh, Muhammad adalah seorang raksasa sejarah. Ia berjuang meningkatkan tahapan ruhaniah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun, belum pernah ada orang yang begitu berhasil mewujudkan mimpinya seperti dia,” tulis Will Durrant dalam The Story of Civilizaton. “Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir mesiu yang membakar angkasa Delhi ke Granada,” ujar Thomas Carlyle dalam On Heros and Hero Worship.
Sejarah itu berulang. Di Gaza Palestina. Kekuatan iman dan kecintaan kepada para pemimpin mereka menjadi kombinasi yang tangguh. Gaza adalah kelahiran baru bagi umat ini. Gaza telah menjadi buah bibir warga dunia.
Gaza adalah tempat kebangkitan. Gaza adalah inspirasi membangun rasa percaya diri. Ini adalah ruh baru untuk kembali meraih kejayaan Islam. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Bencana Tak Menyadarkan Kita

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS At Taubah: 70) Selayaknya, hari itu adalah waktu libur yang menyenangkan. Pesisir pantai Aceh punya pesona menarik sebagaimana pantai lainnya di pesisir Samudera Indonesia. Pagi yang cerah. Menawarkan selera untuk bercengkerama dengan keluarga, sembari menikmati indahnya panorama pantai. Namun, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Semuanya berubah menjadi peristiwa yang memilukan. Tiba-tiba bumi berguncang dahsyat, gempa mengundang panik semuanya. Belum sirna rasa terkejut itu, riuh rendah orang berteriak, “Air, air..., air datang!“ Kita selanjutnya menyaksikan ribuan mayat bergelimpangan, berbagai

PETAKA KUASA DUSTA

”Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu...Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (TQS An Nisaa: 135). Ini kisah menurut La Fontaine dalam Fables et Epitres. Dunia margasatwa diserang wabah penyakit. Diduga wabah itu merupakan azab Tuhan karena kejahatan penghuni dunia itu. Baginda Singa, tokoh nomor satu di kerajaan rimba, dengan memelas mengakui, ”Akulah penyebab segala bencana ini. Pekerjaanku memakan warga yang lemah seperti domba dan kambing.” Serigala membantah. ”Bukan demikian, Baginda tidak salah.” Yang dilakukan singa adalah implikasi dari kekuasaan. Memakan warga adalah bagian resiko yang harus diambil dari kebijakan yang dibuat pemimpin. Seorang demi seorang dari pembesar margasatwa bergilir mengakui kesalahannya. Pengadilan selalu memutuskan mereka tak bersalah

“Robohnya Masjid Kami” [Kritik Memakmurkan Masjid]

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (TQS Al Baqarah: 114) Masjid itu dindingnya dari tanah liat. Tiangnya batang kurma, lantainya pasir, dan atapnya pelepah kurma. Maka, di suatu hari kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah saw.. "Wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?" Rasulullah menjawab, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa a.s.” Dijelaskan oleh Hasan r.a. menjelaskan bahwa ukuran arisy Nabi Musa a.s. adalah bila Rasulullah saw. mengangkat tangannya maka atapnya akan tersentuh Hadits ya