Langsung ke konten utama

Tetaplah Lapar (Menjaga Nuansa Ramadan)

Rasa nikmat lazimnya disebabkan oleh hal ini: karena kita merasakan hal tidak enak sebelumnya. Kita punya pembanding dengan kondisi yang lain. Ini menjadi kaidah umum. Nikmatnya puasa, rasanya juga tidak bisa dipisahkan dari ’postulat’ tersebut. Kita merasakan bahagia dan nikmatnya berbuka, karena kita telah menahan lapar seharian suntuk.

’Makan kenyang’ itu tidak terasa nikmat, bila tidak pernah merasa lapar. Seseorang yang sehari-harinya makan daging, tidak akan merasa bahwa itu menu istimewa. Berbeda dengan mereka yang makan sehari-hari dengan lauk tempe, akan terasa nikmatnya daging.

Rasa nikmat itulah yang kemudian membuat seseorang mudah bersyukur. Karena itulah, Rasulullah menampik kala ditawari Allah menjadikan lembah Mekah seluruhnya emas. ”Jangan ya Allah, aku hanya ingin satu hari kenyang dan satu hari lapar. Apabila aku lapar aku akan memohon dan ingat kepada-Mu dan bila kenyang aku akan bertahmid dan bersyukur kepada-Mu.” Jawaban Rasulullah menjadi teladan kita untuk hidup zuhud/ bersahaja.

Pilihan untuk hidup zuhud itu relevan sampai sekarang. Menurut Steve Jobs, pemilik raksasa perusahaan Apple Computer, ini adalah pilihan menjaga produktivitas. ”Tetaplah lapar. Tetaplah bodoh,” pesannya dalam sebuah acara wisuda. Orang lapar adalah orang yang paling mampu mensyukuri arti sesuap nasi. Orang lapar tahan banting. Orang lapar akan berusaha dengan segenap kemampuannya meraih hidup yang lebih baik. Setali tiga uang dengan orang (yang merasa) bodoh. Orang bodoh tidak punya prasangka. Orang bodoh terbuka terhadap hal-hal baru. Orang yang senantiasa merasa dirinya bodoh tidak akan berhenti belajar. Ia menjadi pemburu ilmu yang tangguh.

Dalam sejarah, kita menemukan orang-orang yang produktif malah ketika dihadapkan pada deraan kesulitan dan kelaparan. Menghabiskan separuh hidupnya di penjara, Imam Ibnu Taimiyah menghasilkan karya besar, Majmu Fatawa. Ketika penguasa Mesir menjebloskan Sayid Qutb ke sel tahanan, ia malah bisa menuntaskan buku tafsirnya, Fi Dzilalil Quran. Penjara di era Orde Lama malah membuat Hamka bisa menulis leluasa Tafsir Al Azhar.

Pentingnya ”terapi lapar” rasanya penting kita hayati di pekan terakhir Ramadan ini. Semata-mata untuk menjaga produktivitas. Agar sumber nikmat dan kebahagiaan sejati itu senantiasa terjaga, kita perlu merasa lapar tak hanya di Ramadan. Inilah hikmah dari perkataan Nabi, “Barang siapa shaum di Ramadan, kemudian diikuti dengan shaum enam hari saat Syawal, seolah-olah ia berpuasa sepanjang masa."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemimpin Ruhani (Asa dari Gaza)

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. ( QS Al Ankabut: 69 ) Segala cara sudah ditempuh untuk membendung dakwah Muhammad. Semuanya tidak membuahkan hasil. Kepanikan kaum musyrikin Makkah mencapai puncaknya ketika keluarga besar Muhammad, Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib, berkeras melindungi Muhammad. Mereka lalu berkumpul di kediaman Bani Kinanah dan bersumpah untuk tidak menikahi Bani Hasyim dan Bani Muththalib, tidak berjual beli dengan mereka, tidak berkumpul, berbaur, memasuki rumah ataupun berbicara dengan mereka hingga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh. Kesepakatan zalim itu mereka tulis dalam lembar perjanjian (shahifah) dan digantungkan di rongga Ka’bah. Pemboikotan itu berjalan 3 tahun. Stok makanan mereka habis. Sementara itu kaum musyrikin tidak membiarkan makanan apapun yang masuk ke Mekk...

Tragedi Ponari

S esungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka. Tidak ada orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (QS Al-Maidah: 72). Belum lepas dari ingatan dengan hebohnya Ryan Sang Penjagal, Jombang kembali menjadi perhatian. Puluhan ribu orang tumplek-blek , minta diobati oleh Ponari, anak yang dianggap memiliki batu sakti. Maka drama kolosal yang konyol itu berlangsung. Sembari digendong tangan kanan dicelupkan ke wadah air pasien yang antri, tangan kiri Ponari sibuk bermain game dari ponsel. “Ponari itu diberi kelebihan oleh Tuhan,” kata seorang wanita yang datang jauh dari Sidoarjo. Tokoh agama yang tak jelas aqidahnya, membolehkan datang ke tempat Ponari. Begitulah, tak sekadar konyol, ini menjadi drama memilukan. Empat nyawa melayang karena berdesak-desakan. Karena capek, Ponari dirawat di rumah sakit—bahkan ia tak mampu mengobati dirinya sendiri. Menyimak beritanya, saya dil...

Pemimpin sebagai Pelayan

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat . ( TQS An Nisa: 58 ). Di zaman khalifah Umar bin Khattab, pada tahun ke-17 Hijriyah pernah terjadi bencana kelaparan yang mengerikan. Penyebabnya, di seluruh semenanjung Arab (Hijaz) tidak turun hujan selama 9 bulan dan hujan abu dari gunung berapi. Tanah menjadi hitam gersang penuh abu dan mematikan segala tanaman di atasnya. Tahun tersebut dinamai “Tahun Abu” (Amar-Ramaadah). Hewan-hewan yang ada kurus kering, tetapi karena lapar mereka sembelih dengan rasa jijik saking begitu buruknya. Penduduk di pedalaman ramai-ramai mengungsi ke Madinah. Umar sendiri ikut mengurus makanan penduduk Madinah dan para pengungsi. Ia turut mengolah roti dengan zaitun untuk dijadikan roti kuah. S...