Langsung ke konten utama

Menang dengan Ilmu Pengetahuan

Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
(TQS Az Zumar: 9)

Ini kabar yang membanggakan. "Sepuluh besar tokoh intelektual paling terkenal di dunia dalam polling pembaca tahun ini semuanya Muslim," tulis majalah Foreign Policy dalam laporan utamanya.
Kredibilitas tokoh Muslim kembali mendapat pengakuan dunia. Hasil polling yang dilakukan oleh dua majalah besar, Foreign Policy terbitan Amerika Serikat dan Prospect terbitan Inggris, yang dilakukan sebulan penuh itu dirilis akhir Juni lalu (Republika, 27 Juni 2008).
Dari 10 besar tokoh intelektual itu, nama Fathullah Gul menempati posisi puncak. Muhammad Yunus, pemenang hadiah Nobel bidang ekonomi, berada di posisi kedua. Syaikh Yusuf Qardhawi, menempati posisi ketiga dari 20 tokoh intelektual dunia pilihan pembaca itu.
Ini adalah capaian penting. Di tengah kondisi yang masih kerap mencitrakan Islam dengan terorisme, ternyata masyarakat dunia begitu antusias menyimak Islam. Secara cerdas, publik objektif memberi penilaian. ”Dan merekapun merencanakan makar, dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (TQS An Naml: 50)
Awalnya, stigma terorisme itu disematkan ke Islam dalam rangka membendung gerakan dakwah Islam di Eropa dan Amerika. Ternyata sebaliknya. Publik malah penasaran. Mereka antusias mencari tahu sejatinya Islam. Secara meyakinkan, pemeluk Islam terus bertambah. Yang jelas, mereka memeluk Islam bukan karena takut ancaman teroris. Tetapi karena memahami Islam sepenuhnya. Komunitas Islam adalah kelompok yang disegani di Eropa dan Amerika. Bahkan, Tariq Ramadan—putera dari Said Ramadhan Al Buthi, dai dari Mesir— , cendekiawan peringkat kedelapan dalam polling tersebut, menetap di Swiss.

Jihad Modern
Ilmu pengetahuan tampak telah membuat Islam lebih bermartabat. Saat ini, lewat kepeloporan para intelektual Islam, Islam mampu menampik tuduhan buruk. Lewat jalan ilmu pengetahuan itulah Islam terus diapresiasi masyarakat Barat. Gelombang Islamisasi nyaris tak terbendung. Syamsi Ali, orang Indonesia yang menjadi Imam Besar di New York, mengisahkan bahwa sampai hari ini Islamic Center di Amerika masih terus menerima warga yang bersyahadat (masuk Islam).
Begitulah. Para intelektual muslim itu telah memberi rasa optimis kita tentang masa depan Islam. Cara-cara simpatik, lewat ilmu pengetahuan, tampak telah memberi makna baru tentang jihad modern. Tak harus dengan kekerasan. Lewat sarana dialogis, dakwah Islam secara nyata terus berkembang.
Taat beragama itu tak harus berarti anti-ilmu pengetahuan. Bahkan, Islam menempatkan posisi mulia bagi para ulama/ahli ilmu. "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. " (TQS Mujaadilah: 11).
Secara khusus Allah juga memberi jaminan kemudahan bagi para penuntut ilmu. ”Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju jannah. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat.” (HR Muslim).
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah (berada di jalan Allah) hingga kembali.” (HR Tirmidzi). “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim). Pentingnya menuntut ilmu juga terkait dengan prioritas. Menuntut ilmu harus didahulukan di antara urusan yang lain. Dalam sebuah kesempatan bersamna Rasulullah saw., seorang Anshar bertanya, “Wahai Rasulullah, jika ada orang yang meninggal dunia bertepatan dengan acara majelis ilmu, manakah yang lebih berhak mendapatkan perhatian?” Rasulullah menjawab,” Jika telah ada orang yang mengantar dan menguburkan jenazah itu, maka menghadiri majelis ilmu itu lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan ia lebih utama daripada menjenguk seribu orang sakit, atau salat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada fakir miskin, ataupun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa dan ragamu. Tahukah engkau bahwa Allah dipatuhi dengan ilmu, dan disembah dengan ilmu pula? Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?”
Perkataan Rasululullah saw. di atas menegaskan betapa tingginya derajat penuntut ilmu. Pernyataan Rasulullah di atas melengkapi berbagai anjuran Islam tentang menuntut ilmu. “Menuntut ilmu itu hukumnya fardhu atas tiap-tiap orang Islam,” tegas Rasulullah, dalam hadits yang disampaikan Anas bin Malik.
Awal tahun ajaran baru ini, di tengah kerepotan orang tua menyekolahkan putera-puterinya, uraian di atas semoga menjadi spirit tambahan. Ya. Susah payah dan kesulitan kita mencari dana untuk keperluan sekolah anak kita itu punya nilai mulia dalam Islam. Menuntut ilmu adalah bagian penting dari ibadah. Meninggikan derajat kemuliaan umat, memenangkan dakwah Islam atas yang lain. Jika niatan ibadah ini menjadi tujuan utama, niscaya Allah akan memberi jalan kemudahan. Kepastian masa depan, karier, dunia kerja bagi anak-anak kita hanyalah sebab ikutan yang pasti didapat.
Pentingnya menuntut ilmu itu selayaknya menjadi perhatian semua. Masih ada anak-anak yang kesulitan (sekadar) memenuhi kebutuhan pendidikan. Bagi Anda yang berkecukupan harta, coba selidik tetangga sekitar. Bisa jadi ada yang butuh uluran tangan Anda. ***


Komentar

Anonim mengatakan…
blog nya sangat bagus dan artikel nya juga bagus sekali ...

janga lupa kunjungi blog ku juga yaaa
di http://madszzz.blogspot.com


ok jangan lupa yahh entar kan kita bisa sharing bersama..

Postingan populer dari blog ini

Saat Bencana Tak Menyadarkan Kita

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS At Taubah: 70) Selayaknya, hari itu adalah waktu libur yang menyenangkan. Pesisir pantai Aceh punya pesona menarik sebagaimana pantai lainnya di pesisir Samudera Indonesia. Pagi yang cerah. Menawarkan selera untuk bercengkerama dengan keluarga, sembari menikmati indahnya panorama pantai. Namun, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Semuanya berubah menjadi peristiwa yang memilukan. Tiba-tiba bumi berguncang dahsyat, gempa mengundang panik semuanya. Belum sirna rasa terkejut itu, riuh rendah orang berteriak, “Air, air..., air datang!“ Kita selanjutnya menyaksikan ribuan mayat bergelimpangan, berbagai

PETAKA KUASA DUSTA

”Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu...Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (TQS An Nisaa: 135). Ini kisah menurut La Fontaine dalam Fables et Epitres. Dunia margasatwa diserang wabah penyakit. Diduga wabah itu merupakan azab Tuhan karena kejahatan penghuni dunia itu. Baginda Singa, tokoh nomor satu di kerajaan rimba, dengan memelas mengakui, ”Akulah penyebab segala bencana ini. Pekerjaanku memakan warga yang lemah seperti domba dan kambing.” Serigala membantah. ”Bukan demikian, Baginda tidak salah.” Yang dilakukan singa adalah implikasi dari kekuasaan. Memakan warga adalah bagian resiko yang harus diambil dari kebijakan yang dibuat pemimpin. Seorang demi seorang dari pembesar margasatwa bergilir mengakui kesalahannya. Pengadilan selalu memutuskan mereka tak bersalah

“Robohnya Masjid Kami” [Kritik Memakmurkan Masjid]

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (TQS Al Baqarah: 114) Masjid itu dindingnya dari tanah liat. Tiangnya batang kurma, lantainya pasir, dan atapnya pelepah kurma. Maka, di suatu hari kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah saw.. "Wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?" Rasulullah menjawab, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa a.s.” Dijelaskan oleh Hasan r.a. menjelaskan bahwa ukuran arisy Nabi Musa a.s. adalah bila Rasulullah saw. mengangkat tangannya maka atapnya akan tersentuh Hadits ya