Langsung ke konten utama

Cinta untuk Palestina

Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersifat tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud...
(TQS Al Fath: 29).

Kamp pengungsian Jabaliya, Jalur Gaza. Shahd, gadis cilik berusia 4 tahun itu tengah bermain saat peluru kendali Israel menembus tubuhnya.
”Ya Allah, saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini,” jerit Kayed Abu Haukal, yang menjadi saksi mata. Dokter emergency itu tak tahu kata apalagi yang bisa diungkapkan untuk mengambarkan kekejian Israel. Setelah serangan itu, tentara Israel melepaskan anjing-anjingnya. Tubuh balita Shahd menjadi santapan anjing.
Ketika orangtua Shahd mencoba menyelamatkan jenazah puterinya, pasukan teroris Israel menghujani dengan tembakan. Melihat jenazah adiknya menjadi santapan anjing Israel, Matar (saudara laki-laki Shahd) dan sepupunya Muhammad nekat mendekati jenazah Shahd. Keduanya juga dihujani peluru Israel sebelum mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga Palestina yang syahid.
Tindakan biadab itu tak hanya menimpa Shahd. Di Jabaliya, ketika keluarga Abd Rabbu memakamkan 3 anggota keluarganya, pasukan Israel menembaki mereka. Orangpun berlarian mencari perlindungan. Tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan. Tiga jenazah tersebut menjadi santapan anjing Israel.
***
Kisah menyayat hati di atas hanya salah satu dari kekejaman Israel. Serangan ke Jalur Gaza selama 22 hari kemarin, telah memperlihatkan kepada kita tentang berbagai kebiadaban Israel. Bom ribuan ton telah tercurah di Jalur Gaza. Rumah sakit, kamp pengungsian, gedung sekolah, masjid, dan berbagai fasilitas sipil yang lain hancur porak poranda menjadi sasaran rudal Israel—tempat yang sebenarnya tak dibolehkan menjadi sasaran dalam Konvensi Internasional. Lebih dari 1.200 orang tewas, puluhan ribu orang terluka dan cacat, ribuan bangunan hancur, warga Gaza hidup tanpa listrik dan air, terisolasi dengan kondisi krisis makanan dan obat-obatan. Gaza memerlukan dana besar untuk melakukan recovery dan rehabilitasi.
Palestina adalah ironi sejarah. Penjajahan ternyata masih berlangsung secara telanjang di abad milenium. Kekejaman Israel telah berlangsung lama, dalam bentuk yang tak terbayangkan oleh kita sebelumnya. Ini adalah perilaku keji yang telah dijalankan Israel selama lebih dari tiga generasi. Dunia internasional seperti tak punya daya. Upaya untuk menekan Israel selalu kandas dengan veto Amerika.

Kedekatan
Bumi Palestina awalnya di bawah pemerintahan Turki Utsmani semenjak abad ke-16 Masehi. Ia menjadi satu kota yang terbuka dan menjadi pusat ziarah kaum Muslimin dan juga para penganut Nasrani yang menunaikan ziarah mereka ke kota suci Baitul Maqdis. Hubungan harmonis ini telah terwujud semenjak 16 H ketika Umar bin Khattab berkuasa. Pada abad ke-11 M, ketentraman itu sempat terganggu dengan kedatangan tentara Salib dari Eropah. Bukan hanya menjadi bencana umat Islam, penduduk Palestina yang beragama Kristen pun telah turut menjadi mangsa kekejaman tentara Salib. Situasi pulih kembali setelah Salahuddin al-Ayyubi berkuasa. Penduduk Baitul Maqdis terus hidup di dalam keadaan damai sampai abad ke-20 M.
Kedekatan Muslimin di Palestina dengan Indonesia telah terjalin sejak keberadaan kerajaan Islam di Jawa. Para sejarawan meyakini nama daerah (dan Masjid) Kudus di Jawa, ada hubungan khusus dengan keberadaan Al Quds (Yerussalem) tempat berdiri masjid Al Aqsa, kiblat pertama umat Islam. Indonesia sebenarnya juga punya utang budi besar terhadap Palestina, saat memproklamasikan kemerdekaannya pada 1945. Mufti Palestina kala itu menjadi pemrakarsa penting yang mendorong agar negara-negara Arab mengakui Indonesia sebagai negara berdaulat.
Kondisi berubah drastis pada 1948. Atas dukungan Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II, orang Yahudi yang sebelumnya tersebar di Eropa dan Amerika mendirikan negara Israel di bumi Palestina. Sejak itulah bencana kemanusiaan bertubi-tubi terjadi. Penduduk Palestina diusir. Ratusan ribu orang terlunta-lunta di kamp-kamp pengungsian selama lebih dari 60 tahun. Bukan sekadar bilangan bulan atau tahun mereka mengungsi, tapi telah sampai tiga generasi (kakek sampai cucu). Penjajahan secara nyata menjadi ironi dunia modern. Orang Yahudi yang dibenci warga Eropa karena congkak, pengamal riba dan lintah darah itu, menjadi penyebab suramnya masa depan generasi Palestina. Celaan Allah yang begitu banyak di Al Qur’an terhadap perilaku kaum Yahudi, kita lihat bukti nyatanya di Palestina, saat ini.
***
Kita khawatir masih ada yang tidak peduli. Menganggap Palestina negeri yang jauh. Padahal, teknologi telah memungkinkan kita mengetahui apa yang terjadi saat ini di belahan bumi yang lain. Hobi kita menonton sepakbola, misalnya, telah mengenalkan dengan dekat pemain bola yang berada jauh di Eropa. Lantas, apa yang menjadi penghalang kita untuk ambil peduli dengan penderitaan saudara-saudara di Palestina?
Aksi solidaritas untuk membantu Palestina itu telah mengalir dari Kanada sampai Jakarta. Dari Frankfurt (Jerman) sampai Durban (Afrika Selatan), ribuan orang turun ke jalan menentang kekejaman Israel. Bagi kita, lebih dari sekadar bencana kemanusiaan, ini adalah perang untuk menodai kehormatan Islam.
Kita khawatir masih ada yang tidak peduli. Kita khawatir ada yang tergolong dalam hadits masyhur dari Nabi. ”Barang siapa tidak peduli umatku, maka ia bukan termasuk golonganku.”***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PETAKA KUASA DUSTA

”Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu...Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (TQS An Nisaa: 135). Ini kisah menurut La Fontaine dalam Fables et Epitres. Dunia margasatwa diserang wabah penyakit. Diduga wabah itu merupakan azab Tuhan karena kejahatan penghuni dunia itu. Baginda Singa, tokoh nomor satu di kerajaan rimba, dengan memelas mengakui, ”Akulah penyebab segala bencana ini. Pekerjaanku memakan warga yang lemah seperti domba dan kambing.” Serigala membantah. ”Bukan demikian, Baginda tidak salah.” Yang dilakukan singa adalah implikasi dari kekuasaan. Memakan warga adalah bagian resiko yang harus diambil dari kebijakan yang dibuat pemimpin. Seorang demi seorang dari pembesar margasatwa bergilir mengakui kesalahannya. Pengadilan selalu memutuskan mereka tak bersalah

“Robohnya Masjid Kami” [Kritik Memakmurkan Masjid]

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (TQS Al Baqarah: 114) Masjid itu dindingnya dari tanah liat. Tiangnya batang kurma, lantainya pasir, dan atapnya pelepah kurma. Maka, di suatu hari kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah saw.. "Wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?" Rasulullah menjawab, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa a.s.” Dijelaskan oleh Hasan r.a. menjelaskan bahwa ukuran arisy Nabi Musa a.s. adalah bila Rasulullah saw. mengangkat tangannya maka atapnya akan tersentuh Hadits ya

Saat Bencana Tak Menyadarkan Kita

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS At Taubah: 70) Selayaknya, hari itu adalah waktu libur yang menyenangkan. Pesisir pantai Aceh punya pesona menarik sebagaimana pantai lainnya di pesisir Samudera Indonesia. Pagi yang cerah. Menawarkan selera untuk bercengkerama dengan keluarga, sembari menikmati indahnya panorama pantai. Namun, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Semuanya berubah menjadi peristiwa yang memilukan. Tiba-tiba bumi berguncang dahsyat, gempa mengundang panik semuanya. Belum sirna rasa terkejut itu, riuh rendah orang berteriak, “Air, air..., air datang!“ Kita selanjutnya menyaksikan ribuan mayat bergelimpangan, berbagai