Langsung ke konten utama

[Surat untuk Ibrahim dan Toyimah]

”Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang indah (jamiil).”

(TQS Al Ma’arij: 5)

Menjumpai

Pakde Ibrahim dan Bulek Toyimah

di Kampung Halaman

Assalamu’alaikum wr. wb.

Pakde dan Bulek gimana kabarnya? Semoga Allah memberi kehidupan yang berkah untuk kita. Walaupun kita hidup sederhana, semoga kita selalu tergolong hamba Allah yang pandai bersyukur.

Pakde dan Bulek, ananda mohon maaf baru bisa menulis surat ini. Sebenarnya, kabar tentang Pakde dan Bulek telah ananda terima dari Mbak Yunita Savitri setengah bulan yang lalu (Lampung Post, 16 Juni 2008). Tapi, setiap kali mau menuliskan surat ini, air mata ini tak kuasa ananda tahan. Rasanya berat sekali membayangkan kesulitan Pakde dan Bulek. Maafkan ananda ya, Pakde dan Bulek...

Mbak Yunita minggu kemarin cerita kepada ananda, ketemu Pakde di kantor pos. Pakde pakai kaos yang sudah cokelat, yang ada gambar partai dan (calon) anggota dewan.(Duh, masih Pakde pake ya, kan Pemilu 2004 sudah lama). Tapi enggak papa ya, asal bisa menutupi aurat. Tapi, yang membuat saya sedih, kata Mbak Yun, waktu itu Pakde menangis, sampai tubuh renta Pakde gemetar.... Mbak Yun juga ikut menangis melihat Pakde.

Mbak Yun cerita, uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang mestinya Pakde terima hilang dirampas orang. Pakde percaya ngasih uang Rp300 ribu itu karena ia ngaku saudara ayuk Pakde. Dia juga janji mau kasih uang Rp3 juta ke Pakde. Katanya uang itu bisa Pakde pake buat beramal.

Pakde bilang ke Mbak Yun, jika uang itu sampai ke Pakde, Pakde akan menyumbangkan ke WC umum kampung kita, Sinar Laut, Panjang. Pakde kasihan dengan warga yang WC-Nya sudah rombeng. Tapi ternyata impian Pakde kandas. Uang 300 ribu Pakde dibawa kabur. Siang itu Pakde bingung membayar ongkos angkot. Naik apa pulang ke Sinar Laut. Duh, tega bener orang itu ya...


Pakde, dan Bulek...

Mbak Yun juga cerita ke ananda, ketemu dengan Bulek Toyimah. Katanya, Bulek kerepotan ngurus Susanti, Tina, dan Tika. Bulek masih harus berjalan kaki sekitar 6 kilometer pergi pulang setiap hari, mencari sayuran liar seperti kangkung dan genjer di sawah. Bulek cuma bisa mengantongi uang Rp5.000 - Rp15 ribu/hari. Padahal Bulek mesti memberi makanan yang layak pada ketiga anaknya Bulek. Tapi, siang itu, kata Mbak Yun, Bulek menangis. Hari itu, tak memiliki apa-apa untuk makan anak-anak, kecuali nangka muda. "Di rumah nggak ada apa-apa cuma ada nangka. Sudah saya buat sayur, tapi tanpa bumbu. Anak saya protes nggak mau makan. Nggak enak katanya," kata Bulek ke Mbak Yun sambil menangis.


Pakde, dan Bulek...

Maafkan ananda belum bisa membantu kesulitan Pakde dan Bulek. Sampai saat ini saya juga belum mendapatkan pekerjaan yang mapan uuntuk biaya belajar ananda. Tapi, ananda ingat benar nasihat Pakde dahulu, apapun kesulitan yang kita alami, jangan sampai merugikan orang lain, bahkan, sebisa mungkin kita membantu orang lain. Ya seperti yang Pakde buktikan saat mau menerima BLT, seperti cerita Mbak Yun. Walau saya tahu Pakde susah, tapi masih menyimpang keinginan besar membantu orang lain membangun WC. Insya Allah, Ananda ingin mencontoh dan mengikuti nasihat Pakde...

Pakde, walau ananda tidak bisa membantu kesulitan Pakde, nukilan ayat Al Quran ini semoga berkenan sebagai penghibur—ananda peroleh dari Mas Sobirin di musala. Allah berfirman, Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (TQS Al Baqarah: 155).

Apapun kesulitan yang kita, semoga dapat selalu kita sikapi dengan sikap optimis. Bahwa itulah jalan terbaik yang Allah berikan kepada kita. Orang-orang yang tabah, akan mendapatkan pahala terbaik. Allah berfirman, Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS An-Nahl: 96).

Pakde, ada seorang ulama mengungkapkan: “Orang yang diciptakan untuk masuk surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun dosa. Orang yang benar-benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari mendapatkan pahala.”

Jadi, semoga Pakde tidak risau dengan kesulitan yang dihadapi, sejauh kita tetap beriman. Tetap semangat ya Pakde...

Ini khusus untuk Bulek,

Jika sekarang Bulek kesulitan, ternyata ada hadits khusus dari Baginda Nabi untuk kesulitan seperti yang Bulek alami. Sabda Rasulullah, ”Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan, atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap baik (ihsan) dalam pergaulan dengan mereka, dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa, serta bertanggungjawab, maka baginya surga.”

Subhanallah, hadits tersebut semoga menyemangati Bulek untuk terus merawat anak-anak. Tak perlu khawatir Bulek, Allah secara khusus menjanjikan surga bagi wanita seperti Bulek...

Ini kisah dari Ummu Al-Ala’, dia berkata : "Rasulullah saw menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembiralah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak." (HR Abu Daud).

Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni surga? Aku menjawab. ‘Ya’. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi saw, seraya berkata. ‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata. ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah surga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdoa sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat’ (kesembuhan). Lalu wanita itu berkata. ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdoalah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka’. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut." (HR Bukhari dan Muslim).

Begitulah Bulek, semoga janji Baginda Nabi tersebut bisa menjadi penghibur atas kesulitan Bulek.

Pakde dan Bulek...
Ananda ingin berbagi kisah ini. Semoga bisa menambah semangat dan kesabaran kita. Jika bisa, nanti mohon bacakan untuk adik Susanti, Tina, dan Tika ya.

***

Si Miskin yang Dermawan

”Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang beriman tinggal bersama dengan isteri dan anak-anaknya. Mereka tinggal dalam sebuah gubuk sederhana. Meskipun mereka jauh dari kilauan dan gemerlap materi, hati mereka dipenuhi dengan kasih sayang.

Pada suatu hari lelaki beriman itu berada dalam kesulitan, sampai-sampai isterinya berkata kepada lelaki itu, “Kini simpanan kita tinggal satu dirham saja.” Lelaki itu mengambil satu dirham tersebut dan pergi ke pasar. Dengan uang itu dia akan membeli sedikit makanan. Dalam keadaan bertawakal kepada Allah, dia tiba di pasar. Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba terdenagar suara gaduh. Seseorang berkata dengan marah, “Engkau harus membayar utangmu. Jika tidak, aku tidak akan membiarkan engkau pergi.”

Lelaki yang berdiri di hadapan orang itu menundukkan kepalanya karena malu. Sang lelaki yang beriman itu mendekati kedua orang yang berselisih itu dan dengan suara yang lembut bertanya, “Baiklah, katakanlah apa yang menyebabkan kalian berselisih paham.”

Lelaki yang berutang berkata, “Lelaki ini telah menjatuhkan harga diriku hanya karena uang satu dirham padahal saat ini aku tidak mampu untuk melunasi utang tersebut.”

Lelaki beriman itu berfikir sebentar dan kemudian, uang satu dirham yang dimilikinya itu diberikannya kepada si penghutang. Akhirnya, terjalinlah persahabatan antara orang itu tadi. Lelaki yang berutang itu mendoakan keselamatan buat lelaki yang beriman itu serta mengucapkan kesyukurannya.

Hati lelaki beriman itu dipenuhi rasa gembira karena berhasil menolong orang lain. Lalu diapun pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan dia terpikir, “Sekarang, bagaimana aku harus memberi jawaban kepada isteri ku? Jika dia memprotes, aku akan membiarkannya karena itu haknya.”

Sesampainya di rumah, dia menceritakan apa yang telah terajdi. Isterinya adalah juga seorang perempuan yang baik dan beriman. Dia tidak memprotes suaminya, malah berkata, “Engkau telah melakukan sesuatu yang baik hari ini dan engkau telah memelihara harga diri lelaki itu. Allah pasti akan memberi balasan kepadamu. Ambillah tali yang ada di rumah kita ini dan juallah di pasar. Mudah-mudahan, uang tersebut bisa engkau gunakan untuk membeli makanan.

Lelaki beriman itu merasa sungguh gembira dengan sikap isterinya tersebut. Dia kemudian mengambil tali itu dan membawanya ke pasar. Namun, betapapun dia berusaha keras untuk menjual tali itu, tidak ada seorang pun yang ingin membelinya. Dengan rasa putus asa, dia pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan pulang, dia bertemu dengan nelayan penjual ikan yang juga gagal menjual ikannya. Lelaki beriman itu menghampirinya dan berkata, “Tidak ada orang yang ingin membeli ikanmu dan tidak juga taliku. Bagaimana menurutmu bila kita berdua saling menukar barang ini?”

Si nelayan berfikir dan kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai tempat untuk menyimpan ikan ini di rumah. Lebih baik engkau ambillah ikan ini dan sebagai gantinya aku akan menjadi pemilik talimu yang mungkin di satu hari nanti berguna buatku.”

Akhirnya, lelaki beriman itu membawa pulang ikan ke rumahnya. Isterinya dengan gembira segera memasak ikan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, dengan penuh takjub dia menemukan sebuah mutiara yang berharga di dalamnya. Ya, suami istri mukmin dan baik hati itu memperoleh harta yang banyak.

Lelaki itu membawa mutiara ke toko emas untuk dijual dan mutiara itu terjual dengan harga seratus dirham. Lelaki itu dan isterinya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan mereka kekayaan. Mereka pun tidak lupa untuk tetap berbuat baik dengan membagi-bagikan sebagian uang mereka kepada orang-orang miskin lainnya. Lelaki beriman itu berkata kepada isterinya: Allah telah mengaruniakan kepada kita nikmat, kesenangan dan kemewahan. Kini sebagai tanda kesyukuran atas nikmat ini marilah kita membagikan kekayaan yang ada kepada mereka yang memerlukan. Siapakah yang lebih layak dari sang nelayan yang telah bersusah payah menangkap ikan di laut itu?”

Lelaki beriman itu pergi ke pasar dan mencari si nelayan itu. Setelah berusaha keras, akhirnya dia bertemu dengan sang nelayan dan dia pun menceritakan pengalamannya. Dia berkata, “Aku ingin memberi sebagian dari uang ini kepadamu.” Meskipun miskin, nelayan itu adalah seorang lelaki yang baik hati. Dia berkata, “Wahai teman, apa yang engkau dapatkan di dalam perut ikan itu disebabkan karena kebaikanmu dan aku tidak bersedia mengambil apa-apa darimu.”

Lelaki beriman itu menjawab, ”Allah telah memberi ilham kepadamu sehinggakan dengan niat baik engkau telah menukar ikan milikmu dengan taliku agar aku dapat mengenyangkan perut isteri dan anak-anakku. Ketahuilah, apa yang ingin aku berikan kepadamu ini adalah hadiah bagi niat baikmu itu. Allah menginginkan agar engkaupun menikmati nikmat yang Dia berikan.”

Akhirnya, nelayan tersebut menerima uang itu dan mengucapkan syukur kepada Allah atas kebaikan dan karunia Allah. Dengan cara ini, Allah telah memberi kemuliaan kepada lelaki beriman dan isterinya itu lewat ujian-Nya. Dalam ketiadaan harta, mereka tetap bersabar dan dalam keadaan berkecukupan, mereka mengucapkan bersyukur kepada Allah dan membagi nikmat itu dengan orang lain. ***

Pakde dan Bulek,

Saya yakin, Pakde dan Bulek telah mendapatkan mutiara tersebut. Yaitu lewat kedermawanan hati Pakde dan kesabaran Bulek merawat anak-anak. Mutiara itu adalah surga. Sebagaimana yang Allah janjikan, “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga...” (TQS Al Baqarah: 25)

Pakde dan Bulek...

Demikian surat dari ananda. Semoga Allah meneguhkan kesabaran dan memudahkan segala urusan kita. Ananda mohon juga didoakan agar diberi kemudahan dalam menuntut ilmu.

Semoga Pakde dan Bulek maklum adanya. Titip salam untuk adik Susanti dan Tina. Cium sayang untuk si kecil, Tika...


Wassalamu’alaikum wr. wb.

Takzim ananda,

Alif Mukhlis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Bencana Tak Menyadarkan Kita

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS At Taubah: 70) Selayaknya, hari itu adalah waktu libur yang menyenangkan. Pesisir pantai Aceh punya pesona menarik sebagaimana pantai lainnya di pesisir Samudera Indonesia. Pagi yang cerah. Menawarkan selera untuk bercengkerama dengan keluarga, sembari menikmati indahnya panorama pantai. Namun, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Semuanya berubah menjadi peristiwa yang memilukan. Tiba-tiba bumi berguncang dahsyat, gempa mengundang panik semuanya. Belum sirna rasa terkejut itu, riuh rendah orang berteriak, “Air, air..., air datang!“ Kita selanjutnya menyaksikan ribuan mayat bergelimpangan, berbagai

PETAKA KUASA DUSTA

”Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu...Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (TQS An Nisaa: 135). Ini kisah menurut La Fontaine dalam Fables et Epitres. Dunia margasatwa diserang wabah penyakit. Diduga wabah itu merupakan azab Tuhan karena kejahatan penghuni dunia itu. Baginda Singa, tokoh nomor satu di kerajaan rimba, dengan memelas mengakui, ”Akulah penyebab segala bencana ini. Pekerjaanku memakan warga yang lemah seperti domba dan kambing.” Serigala membantah. ”Bukan demikian, Baginda tidak salah.” Yang dilakukan singa adalah implikasi dari kekuasaan. Memakan warga adalah bagian resiko yang harus diambil dari kebijakan yang dibuat pemimpin. Seorang demi seorang dari pembesar margasatwa bergilir mengakui kesalahannya. Pengadilan selalu memutuskan mereka tak bersalah

“Robohnya Masjid Kami” [Kritik Memakmurkan Masjid]

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (TQS Al Baqarah: 114) Masjid itu dindingnya dari tanah liat. Tiangnya batang kurma, lantainya pasir, dan atapnya pelepah kurma. Maka, di suatu hari kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah saw.. "Wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?" Rasulullah menjawab, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa a.s.” Dijelaskan oleh Hasan r.a. menjelaskan bahwa ukuran arisy Nabi Musa a.s. adalah bila Rasulullah saw. mengangkat tangannya maka atapnya akan tersentuh Hadits ya